Meneladani Sikap Sabar, Demokratis dan Uswatun
Hasanah dari Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
A.
Sejarah Singkat Tahapan dan Tantangan Dakwah Nabi Muhammad.
Periode dakwah
di Makkah dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu dakwah secara
sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun dan dakwah secara terang
terangan di tengah penduduk Makkah, yang dimulai sejak tahun keempat dari nubuwah
hingga akhir tahun kesepuluh.
Pada tahap
pertama, yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi rasul hanya menyeru agama islam
pada orang-orang terdekat nabi saja yaitu dari pihak keluarga dan
sahabat-sahabat dekat nabi yang dikenal dengan Assabiqnal awwalun.
Pada tahap
kedua nabi mulai melakukan dakwah secara terang-terangan setelah menerima wahyu
QS. Al Hijr ayat 9. Adapun cara yang dilakukan nabi diantaranya ialah
mengundang bani Hasyim ke rumahnya, undangan terbuka kepada seluruh masyarakat
Quraisy di Bukit Shafa melakukan pembinaan dan pengkaderan intensif di rumah
Arqam bin Abil Arqam, dan lain sebagainya.
Karena dirasa
berada di makkah sudah merasa sempit oleh karena siksa’an an tekanan dari kaum
Quraisy, maka nabi melanjutkan dakwahnya ke Madinah.
Perjuangan
dakwah rasul sangatlah luar biasa banyak sekali tantangan dan hambatan yang dilakukan oleh kaum
musyrikin Quraisy. Tindakan kekerasan hingga percobaan pembunuhan pun terus
berdatangan baik pada rasul sendiri maupun para pengikut nabi.
Kaum musyrikin Quraisy menghamburkan tuduhan
disertai cacian terhadap Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Dengan serangan
bertubi-tubi itu, kaum Muslimin ketika itu seperti berada diujung tanduk:
a. Nabi disebut kaum
musyrikin sebagai “orang gila” ucapan mereka itu tercatat dalam QS. Al-Hijr: 6.
b. Kaum musyrikin
menuduh Rasulullah SAW sebagai tukang sihir dan pendusta, QS. Shaad: 4.
Tuduhan-tuduhan tersebut tersebar luas hingga
Rasulullah dihadapkan pada tatapan sinis dan sikap mendendam dari orang-orang
kafir Qureisy, QS. Al-Qalam: 51. Itulah perlakuan yang dialami oleh kaum
Muslimin pada umumnya. Kemana saja mereka pergi selalu diejek dan dicemooh
orang.
B.
Aplikasi Sikap Sabar, Demokratis dan Uswatun Hasanah dalam
Pendidikan Atau Pembelajaran.
Sikap sabar merupakan sikap yang sangat
rasulullah tunjukkan dalam setiap keiduparasul sehari-hari terutama dalam
dakwah rasul. Cacian, hinaan, kekerasan hingga percobaan pembunuhan seringkali
rasul dapatkan dari para kaum musyrikin. Namun rasul dengan penuh kesabaran
menghadapinya, bahkan tidak mempunyai hati ingin membalas dendam. Seperti
ketika malaikat jibril datang pada rasul, dan menawarkan diri untuk memusnahkan
para musuh-musuh nabi, nabi justru melarangnya.
Maka kita juga harus dapat mencontoh sikap
sabar yang ditunjukkan oleh nabi Muhammad Shallallau ‘alaihi wasallam.
Khususya juga bagi para guru maupun calon guru, dalam menghadapi siswa yang
heterogen haruslah dengan penuh kesabaran. Karena seperti yang di contohkan
nabi, dalam mendidik siswa-siswa itu harusengan kesabaran tidak boleh kita
mengeluh jika menghadapi siswa yang agak susah untuk diatur. Dan tidak boleh
menggunakan kekerasan jika ada siswa yang melakukan kesalahan karena itu tidak
sesuai dengan kepribadian nabi Muhammad Shallallau ‘alaihi wasallam.
Sikap selanjutnya yang dapat kita ambil dari
dakwah rasul ialah sikap demokratis. Sikap demokratis sangat rasul tunjukkan
dalam dakwah rasul, beliau tidak terus memasak kepada kaum musyrikin untuk
memeluk agama islam, namun beliau dengan penuh keramahan dan kasih sayang untuk
menganjak parakaum quraisy masuk islam. Seperti yang difirmankan Allah pada QS.
Al Baqarah ayat 256:
Iw on#tø.Î) Îû ÈûïÏe$!$# (
s% tû¨üt6¨? ßô©9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$#.....
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”
Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam
islam tidak ada paksaan karena semua sudah jelas.
Maka kita harus mencontoh sikap demokratis
rasulullah yaitu jangan bersikap senaknya sendiri namun harus berdasarkan hasil
keputusan bersama demi tercapainya suatu kesepakatan yang akan membawa kebaikan
untuk kita semua. Menjadi seorang pendidik juga tidak boleh semena-mena
terhadap peserta didik. Tidak boleh dengan asal memaksakan kehendak kita kepada
siswa kita, namun harus dengan sikap demokratis.
Sikap yang selanjutnya ialah uswatun hasanah
atau menjadi suri tauladan yang baik. Rasulullah adalah sebaik-baik tauladan
bagi para manusia di bumi ini. Dalam bergaul dan bersikap kepada orang lain
rasul selalu berbuat baik dan memberikan contoh bagi kita semua. Itu seperti
yang difirmankan Allah pada QS. Al Ahzab ayat 21:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah.”
Maka kita harus
meniru sikap uswatun hasanah dari rasul. Khususnya bagi para pendidik haruslah
mncontoh sikap uswatun hasanah dari rasulullah. Sebagai guru kita harus
memberikan contoh yang baik bagi siswa-siswa kita karena guru itu dalam bahasa
jawanya ialah “digugu dan ditiru”. Jadi ucapan dari guru itu digugu atau
dipercayai dan dilaksanakan, sedangkan sikap atau tingkah laku dari guru itu
ditiru oleh para siswa kita. Selain memberi contoh yang baik bagi siswanya guru
harus menunjukkan sikap yang baik pula bagi masyarakat disekitarnya. Jadi guru
harus mempunyai sikap uswatun hasanah seperti yang ditunjukkan oleh nabi
Muhammad Shallallau ‘alaihi wasallam.
No comments:
Post a Comment