Wednesday 25 May 2016

Agama: Meneladani Sikap Sabar, Demokratis dan Uswatun Hasanah dari Dakwah Nabi Muhammad


Meneladani Sikap Sabar, Demokratis dan Uswatun Hasanah dari Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.


A.      Sejarah Singkat Tahapan dan Tantangan Dakwah Nabi Muhammad.
Periode dakwah di Makkah dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun dan dakwah secara terang terangan di tengah penduduk Makkah, yang dimulai sejak tahun keempat dari nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh.
Pada tahap pertama, yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi rasul hanya menyeru agama islam pada orang-orang terdekat nabi saja yaitu dari pihak keluarga dan sahabat-sahabat dekat nabi yang dikenal dengan Assabiqnal awwalun.
Pada tahap kedua nabi mulai melakukan dakwah secara terang-terangan setelah menerima wahyu QS. Al Hijr ayat 9. Adapun cara yang dilakukan nabi diantaranya ialah mengundang bani Hasyim ke rumahnya, undangan terbuka kepada seluruh masyarakat Quraisy di Bukit Shafa melakukan pembinaan dan pengkaderan intensif di rumah Arqam bin Abil Arqam, dan lain sebagainya.
Karena dirasa berada di makkah sudah merasa sempit oleh karena siksa’an an tekanan dari kaum Quraisy, maka nabi melanjutkan dakwahnya ke Madinah.
Perjuangan dakwah rasul sangatlah luar biasa banyak sekali tantangan  dan hambatan yang dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy. Tindakan kekerasan hingga percobaan pembunuhan pun terus berdatangan baik pada rasul sendiri maupun para pengikut nabi.
Kaum musyrikin Quraisy menghamburkan tuduhan disertai cacian terhadap Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Dengan serangan bertubi-tubi itu, kaum Muslimin ketika itu seperti berada diujung tanduk:
a.    Nabi disebut kaum musyrikin sebagai “orang gila” ucapan mereka itu tercatat dalam QS. Al-Hijr: 6.
b.    Kaum musyrikin menuduh Rasulullah SAW sebagai tukang sihir dan pendusta, QS. Shaad: 4.
Tuduhan-tuduhan tersebut tersebar luas hingga Rasulullah dihadapkan pada tatapan sinis dan sikap mendendam dari orang-orang kafir Qureisy, QS. Al-Qalam: 51. Itulah perlakuan yang dialami oleh kaum Muslimin pada umumnya. Kemana saja mereka pergi selalu diejek dan dicemooh orang.

B.      Aplikasi Sikap Sabar, Demokratis dan Uswatun Hasanah dalam Pendidikan Atau Pembelajaran.
Sikap sabar merupakan sikap yang sangat rasulullah tunjukkan dalam setiap keiduparasul sehari-hari terutama dalam dakwah rasul. Cacian, hinaan, kekerasan hingga percobaan pembunuhan seringkali rasul dapatkan dari para kaum musyrikin. Namun rasul dengan penuh kesabaran menghadapinya, bahkan tidak mempunyai hati ingin membalas dendam. Seperti ketika malaikat jibril datang pada rasul, dan menawarkan diri untuk memusnahkan para musuh-musuh nabi, nabi justru melarangnya.
Maka kita juga harus dapat mencontoh sikap sabar yang ditunjukkan oleh nabi Muhammad Shallallau ‘alaihi wasallam. Khususya juga bagi para guru maupun calon guru, dalam menghadapi siswa yang heterogen haruslah dengan penuh kesabaran. Karena seperti yang di contohkan nabi, dalam mendidik siswa-siswa itu harusengan kesabaran tidak boleh kita mengeluh jika menghadapi siswa yang agak susah untuk diatur. Dan tidak boleh menggunakan kekerasan jika ada siswa yang melakukan kesalahan karena itu tidak sesuai dengan kepribadian nabi Muhammad Shallallau ‘alaihi wasallam.
Sikap selanjutnya yang dapat kita ambil dari dakwah rasul ialah sikap demokratis. Sikap demokratis sangat rasul tunjukkan dalam dakwah rasul, beliau tidak terus memasak kepada kaum musyrikin untuk memeluk agama islam, namun beliau dengan penuh keramahan dan kasih sayang untuk menganjak parakaum quraisy masuk islam. Seperti yang difirmankan Allah pada QS. Al Baqarah ayat 256:
Iw on#tø.Î) Îû ÈûïÏe$!$# ( s% tû¨üt6¨? ßô©9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$#.....
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”
Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam islam tidak ada paksaan karena semua sudah jelas.
Maka kita harus mencontoh sikap demokratis rasulullah yaitu jangan bersikap senaknya sendiri namun harus berdasarkan hasil keputusan bersama demi tercapainya suatu kesepakatan yang akan membawa kebaikan untuk kita semua. Menjadi seorang pendidik juga tidak boleh semena-mena terhadap peserta didik. Tidak boleh dengan asal memaksakan kehendak kita kepada siswa kita, namun harus dengan sikap demokratis.
Sikap yang selanjutnya ialah uswatun hasanah atau menjadi suri tauladan yang baik. Rasulullah adalah sebaik-baik tauladan bagi para manusia di bumi ini. Dalam bergaul dan bersikap kepada orang lain rasul selalu berbuat baik dan memberikan contoh bagi kita semua. Itu seperti yang difirmankan Allah pada QS. Al Ahzab ayat 21:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
Maka kita harus meniru sikap uswatun hasanah dari rasul. Khususnya bagi para pendidik haruslah mncontoh sikap uswatun hasanah dari rasulullah. Sebagai guru kita harus memberikan contoh yang baik bagi siswa-siswa kita karena guru itu dalam bahasa jawanya ialah “digugu dan ditiru”. Jadi ucapan dari guru itu digugu atau dipercayai dan dilaksanakan, sedangkan sikap atau tingkah laku dari guru itu ditiru oleh para siswa kita. Selain memberi contoh yang baik bagi siswanya guru harus menunjukkan sikap yang baik pula bagi masyarakat disekitarnya. Jadi guru harus mempunyai sikap uswatun hasanah seperti yang ditunjukkan oleh nabi Muhammad Shallallau ‘alaihi wasallam.

No comments:

Post a Comment